The True Repentance (Ind)


Nats : Yoel 1:4-5; 2:12-14

By: Rev. Sutjipto Subeno

Walaupun pendek, kitab Yoel menggambarkan suatu beban besar dari Tuhan tentang Yehuda dan Yerusalem yang diungkapkan dengan perasaan sangat berat melalui hambaNya bernama Yoel. Namun para tokoh Alkitab tidak dapat menemukan banyak referensi tentang nabi Yoel. Bagaimanapun juga,  berita sentral dari nabi Yoel adalah ancaman keras dari Tuhan terhadap umat Israel sebagai tuntutan akan pertobatan sejati mereka. Kalau bangsa Israel tidak mau bertobat maka kesengsaraan dan bencana besar akan terjadi yaitu sumber pangan mereka akan dihancurkan secara total.

Karena terasa sangat mengerikan, beberapa penafsir teologi liberal menganggap Yl 1:4-5 bukan sebagai suatu kenyataan melainkan hanya sekedar lambang yang diperuntukkan bagi bangsa asing yang sering menyerang Israel, seperti: belalang pengerip melambangkan Media Persia; belalang pindahan melambangkan orang Asyur; dan belalang pelompat melambangkan Babel. Tapi, beberapa tafsiran Injili yang sungguh­sungguh setia kepada Firman Tuhan mengatakan bahwa peristiwa tersebut merupakan kejadian nyata.

Kehidupan manusia di jaman Perjanjian Lama sangat tergantung pada hasil pertanian dan peternakan untuk memenuhi kebutuhan pangan sekaligus sebagai mata pencaharian. Karena itu, mereka akan sangat ketakutan jika bencana atau wabah menyerang pertanian karena sedikit pun tidak akan tersisa dan kelaparan terjadi.

Selanjutnya, dalam pasal 2 Tuhan memanggil dan memberikan seruan keras kepada umat Israel, “Tetapi sekarang juga, berbaliklah kepadaKu dengan segenap hatimu” (Yl 2:12). Seruan pertobatan ini disebabkan karena banyak orang Kristen telah menyeleweng keluar dari jalan Tuhan. Ketika hidup di tengah dunia ini, manusia sebenarnya berada dalam 2 tarikan:

(1)  tarikan kuasa, pikiran dan filsafat dunia,

(2) tarikan kembali kepada Allah. Dan kebanyakan orang Kristen berada dalam pengaruh dunia dengan jiwa humanisme materialisme yang mencengkeram sangat kuat.

Namun Tuhan bersedia dan sanggup merubahnya. Itulah pertobatan sejati.

Agar setiap orang Kristen memiliki semangat dan keinginan pertobatan yang muncul karena adanya keharusan mutlak maka 2 hal harus dipahami:

(1) kaitan pertobatan,

(2) jaminan pertobatan.

Sesungguhnya kebanyakan orang Kristen sudah sering mendengar istilah pertobatan bahkan diperintahkan dan ditantang untuk bertobat. Kitab Yoel serta seluruh Perjanjian Lama dan Baru telah menjelaskan kaitan dan tujuan pertobatan secara terus menerus. Dan salah satu hal yang Tuhan inginkan agar orang Kristen terus memperingatinya adalah perintah untuk menjalankan Perjamuan Kudus sebagai tanda atau sakramen di mana pertobatan dituntut untuk dilaksanakan karena Kristus telah datang untuk menebus dosa manusia.

Sesungguhnya, yang hendak digambarkan oleh Yoel melalui pertobatan adalah beberapa tanda yang seringkali ditempatkan pada 2 ekstrim. Pertama, tanda bencana atau kesengsaraan adalah mutlak sebagai kutukan Allah. Inilah yang seringkali membuat banyak orang Kristen menjadi stres dan tertekan. Akibatnya, mereka malah memberontak dan jatuh pada ekstrim lain yaitu sikap masa bodoh. Padahal sebenarnya, setiap kali Tuhan melakukan sesuatu dalam hidup manusia, termasuk bencana, seringkali terdapat maksudNya yang besar dan belum tentu sebagai kutukan. Maka manusia harus mencari tahu maksud tersebut, terutama mengoreksi kembali hubungan denganNya.

Istilah kutukan memang terlihat sangat religius, ilmiah, agamawi dan dapat diargumentasikan secara teologis tetapi sebenarnya mengandung motivasi yang tidak tepat karena orientasinya bukan pada inti berita kesengsaraan. Ketika seseorang berpikir bahwa dengan bencana yang menimpanya, Tuhan telah mengutuk dan menghukum dirinya karena dosa maka sebenarnya ia tidak sedang memikirkan kehendak Tuhan dan bersedia berubah secara konseptual serta taat kepadaNya melainkan mencari cara untuk meloloskan diri dari bencana tersebut dan kembali pada keadaan semula. Sikap ini menandakan ketidakpekaan manusia akan kehendak Tuhan. Lambat laun, jika keadaan tidak kembali seperti semula maka ia mulai menggerutu, mengeluh dan terus menuntut Tuhan untuk mengikuti kemauannya.

The sign of true repentance yang pertama adalah kepekaan terhadap the sign of calamity (bencana). Kadang kala Tuhan memang membiarkan seseorang dalam penderitaan yang membuatnya tak berdaya secara manusiawi karena justru dalam keadaan seperti itu ia berefektivitas tertinggi untuk menjadi berkat bagi orang lain. Kondisi seperti ini memang tidak mudah karena hati manusia sudah terlalu bebal terhadap berita spiritualitas sejati. Kebanyakan orang Kristen lebih suka membangun spiritualitas new age karena kerohanian kontemplatif semacam itu nampak hebat dan nyaman. Dalam kesengsaraan seharusnya orang Kristen mengalami pembaharuan hingga menjadi peka terhadap kehendak Tuhan.

Tanda pertobatan juga digambarkan dengan penghukuman Allah yang keras. Seringkali manusia takut berhadapan dengan penghakiman Allah sehingga akhirnya Kekristenan dibius dengan konsep ‘Allah itu maha kasih, penyayang dan berlimpah kasih setia’. Bagaimanapun juga, Yoel perlu menyampaikan berita ini dalam Yl 2:13, “berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukumanNya.” Inilah kalimat pertobatan karena dalam Yl 1:4 terdapat berita penting yang harus diketahui oleh orang Israel pada jaman dulu dan orang Kristen masa kini yaitu mengenai murka Tuhan.

Manusia akan sungguh-sungguh bertobat jika ia menyadari keseriusan Tuhan. Jika tidak demikian maka ia akan berbuat sekehendak hatinya dan memikirkan kepentingannya saja. Tuhan yang penuh cinta kasih ini juga tidak sungkan untuk menghancurkan ciptaanNya dengan calamity. Ide ini mampu menyadarkan setiap anak Tuhan akan adanya tanda yang hidup dari punishment (hukuman) dan reward (upah). Selain itu, yang terpenting adalah kesadaran bahwa orang Kristen tidak menyembah Allah yang mati atau teoritis atau yang hanya berupa konsep Teologi melainkan Allah yang berpribadi dan hidup serta berurusan dengan jemaatNya walaupun seringkali mereka melupakan Dia. Mzm 139 membuktikan bahwa tak seorang pun dapat melarikan diri dari hadapanNya karena posisi manusia tidak netral melainkan berada di bawah kuasa dosa. Selain itu, seringkali orang Kristen terjebak dalam suatu religiusitas semu karena kecenderungan untuk mencari tuhan kreasinya sendiri.

Tanda ketiga setelah tanda murka Tuhan adalah tanda cintakasih Tuhan yaitu kematian Kristus bagi penebusan dosa umat manusia. Urutan kedua hal ini tidak boleh dibalik ataupun ditiadakan karena saling berkaitan seperti halnya Perjanjian Lama yang menekankan keadilan Allah kemudian Perjanjian Baru menunjukkan kasih Allah. Kepekaan akan hukuman Allah perlu disertai dengan kepekaan akan adanya kasih Allah yang memberikan kesempatan untuk diperbaharui melalui khotbah, seminar dan sebagainya. Ironisnya, seringkali orang Kristen melewatkan kesempatan terindah dan terpenting itu dan membiarkan mata hatinya dibutakan oleh Setan hingga tidak lagi memiliki kepekaan hati untuk bertobat.

Tanda terakhir adalah bahwa masih adanya kemungkinan, harapan dan keyakinan bahwa manusia dapat diperbaharui. Tanpa perubahan, segala pengertian dan kepekaan akan pertobatan tidak berarti lagi karena sudah terjebak ke dalam satu asumsi yang kontradiksi dengan tindakan sehari-hari. Jika manusia tidak lagi dapat dirubah maka segala khotbah, seminar, persekutuan dan kegiatan rohani lainnya tidak diperlukan lagi. Tapi justru pengharapan akan perubahan manusia merupakan bukti bahwa manusia itu bukanlah suatu benda mati. Dan semua yang hidup dapat berubah secara significant dan essential selama berada di dalam Tuhan. Perubahan seluruh konsep manusia sesuai dengan kehendak Tuhan dapat terjadi jika kuasa Roh Kudus masuk ke dalam hatinya karena Tuhan memberi kuasa kepada mereka yang percaya kepada AnakNya untuk menjadi anak Allah. Selain itu, Yoel tidak berhenti menginjili karena bangsa Israel adalah umat pilihan Allah yang akan dipakai sebagai Terang Tuhan bagi semua bangsa di dunia. Namun Israel seringkali melanggar perintah Tuhan sehingga Ia menggantinya dengan Gereja Tuhan sebagai umat pilihanNya. Dan Tuhan memanggil GerejaNya bukan sekedar untuk menikmati panggilan keselamatan, keindahan, pertobatan melainkan untuk suatu pembaharuan mendasar.

Pada jaman ini seringkali tanda atau opportunity untuk pembaharuan hidup belum secara jelas digambarkan sehingga banyak orang Kristen yang merasa tidak dituntut untuk mengadakan pembaharuan hati yang terdalam supaya iman Kristen memiliki keunikan yang jelas terlihat dalam kehidupan di tengah dunia ini. Jika orang Kristen dapat berbuat apa saja, sama seperti orang dunia maka tuntutan pertobatan dan pembaharuan tidak diperlukan lagi. Padahal seharusnya orang Kristen dibentuk oleh Tuhan sesuai dengan kehendakNya sehingga dapat menjadi Terang dan Garam dunia yang menyatakan kemuliaanNya. Amin.